Rabu, 06 Agustus 2008

IMAMe EDAN








Satu cerita dari temen yang ngakunya pernah "nyemplung" jadi santri di sebuah pesantren Ponorogo di Jawa Timur. Tau Reok PONOROGO kan? Itung2 promosi budaya Indonesialah,,semua kan juga demi kelestarian budaya bangsa ki yang apik, unik dan aneh. Tapi memang itulah Indonesia.




Kembali ke cerita, dunia santri tak lepas dari dunia belajar, sore itupun setelah kumandang adzan Ashar, para santri putra mendapatkan kebebasan sejenak dari keseriusannya menggeluti kitab kuning yang selama 2 jam setelah shalat dzuhur telah dikuliti mulai dari baris hingga lembaran2 hasil karya para pakar tersebut.

Tak banyak waktu bagi para santri untuk segera menegakkan shalat ashar karena setelah shalat tersebut berarti waktu untuk berleha-leha sampai adzan maghrib tiba. Begitu iqamat diserukan, berbondong2 santri memenuhi masjid tempat mereka mengingat Sang Pemberi Hidup. Sebagai imam shalatnya, pengurus telah membuat jadwal imam yang terdiri dari ustadz2 atau santri yang sudah dianggap "tua".

Barisan jama’ah telah tersusun rapi hanya dengan komando seruan iqomat muadzin, namun kira-kira satu menit setelah barisan tersusun, sang imam tak juga kunjung datang untuk memimpin jama’ah. Ternyata memang sang imam yang terjadwal memimpin waktu itu sedang terkena demam, menggigil di kamarnya. sedangkan ustadz2 yang lain kebetulan sedang menghadiri walimahan (nikahan) salah satu santriwati (santri putri).

Tak seorang santripun yang berani mengimami jama’ah ashar sore itu, hingga akhirnya muncul sesosok tubuh ramping namun berwibawa menawarkan diri menjadi imam, serentak para santri heran dengan orang asing tersebut yang tak pernah kelihatan di sekeliling pesantren, atau jangan2 dia adalah salah satu cucu dari pengasuh pesantren? Begitulah pertanyaan yang menyelimuti benak santri. Akhirnya seorang santri memberanikan diri menguji kefasehan orang asing tersebut agar membaca ummul kitab (al-Fatihah). Dengan aura wajah yang bersinar dan terkesan berwibawa, orang asing tersebut menyampaikan Assalamu’alaikum....

Santri2 tak satupun yang bicara mendengar nyaring suara salam tersebut, karena memang indah dan empuk suara terdengar. Kemudian ia mulai membaca "bismillahirrahmaanirrahiim, alhamadulillahirobbil’alamiin....arrahmaanirrahiim....maalikiyaumiddiin........... waladdooliin...." serentak para santri menjawab "aamiin.... memang merdu dan sangat empuk suara orang itu, mungkin sudah khatam (selesai) mempelajari qira’ah sab’ah ( ilmu membaca alqur’an sesuai dengan kaidah bacaan dan berdasar pada bacaan tujuh Imam).

Tanpa ragu-ragu santri mempersilakan dia sebagai imam, raka’at pertama dilalui denga khusyuk, raka’at keduapun dilalui dengan khusyuk, seakan bertambah2 kekhusyukan jama’ah. Raka’at ketiga dan keempat seakan memyempurnakan kekhusyukan jama’ah tersebut. Pada saat sujud terakhir di raka’at ke empat, sang imam melakukan sujud lama sekali, dalam benak santri hal itu wajar2 saja karena biasanya pada saat sujud terakhir inilah imam terlena dalam kekhusyukannya menyembah dan berdo’a pada Allah, bahkan tangis kesedihan dan kebahagiaan yang luar biasa mengucur pada saat ini.

Dua puluh detik atau satu menit mungkin wajar untuk sebuah kekhusyukan, tetapi sekarang sudah sekitar lima menit imam belum juga memberi aba-aba bangun dari sujud. Satu orang santri yang berada tepat di belakang si imam perlahan melihat imam dengan menengadahkan wajah ke muka..........."lho...... IMAMe ILANG"........ teman sebelahnya menegaskan dengan berteriak ..."iyo ilang"... beruntun suara santri lainnya "mosok sih........." hingga akhirnya semua santri bangun dari shalatnya lalu menyempatkan imam yang penuh misteri.

"Apa terbang ke langit ya?" sahut salah seorang santri, "atau mungkin pindah ke mekkah?". Tiba2 terdengar teriak salah satu santri hanya bercelana kolor dan telanjang dada sambil menyangking kresek tempat sabun, ternyata santri telanjang tersebut barusan dari kamar mandi, dengan terengah2 "wong edan, wong edan, wong edan......" teriaknya. Teman2 lainnya kaget "mana, mana, mana... kenapa?" "tadi kayaknya ada orang yang nyuri pakaianku pas aku mandi, aku cek ternyata ilang bener.. terus aku lari ke jemuran ambil kolor ini lawong nggak ada yang lain, hujan juga baru berenti", malingnya keburu jauh. Karena pertama, si santri telanjang sibuk sedang cari pakaian. Kedua, jarak dari sungai ke masjid memang cukup jauh sekitar 200 meter.

"Terus ada apa?" tanya teman2nya. "nah barusan aku liat dia keluar dari masjid lewat pintu pengimaman lengkap dengan pakaianku" "oooooo" sahut santri yang lain, "pantesan imamnya ilang.. ternyata wong edan tho", "oalah IMAME EDAN..........."
Edan macem2 penyebabnya, ada yang pusing mikirin utang, masalah putus cinta, mendadak miskin, diselingkuhin, ada juga yang edan karena akalnya nggak kuat mikir ilmu kaya si imam di atas. Sahabat,,,, hidup nggak akan pernah sepi dari masalah sejak dulu sampek sekarang. Kalo diri kita nggak banyak2 ngademin pikiran dan hati, bisa2 kita nyumbang jenis edan yang baru dengan penyebab yang baru juga. Pikiran boleh panas ngak karuan mikirin masalah dan pemecahannya yang tumplek blek, tapi hati harus tetap dingin, yakin ada pemecahannya.

Obat untuk menjaga dan merawat hati biar tetep adem serta yakin bisa menghadapi segala masalah hanya mungkin jika hati kita tenang, berpikir panjang dan positif. Ramuan untuk meracik obat tersebut bahan2ya tersedia dalam shalat. Jangan pikir kita mau jadi orang baik kalau jiwa kita selalu gampang panas, mudah tersinggung, mudah down. Shalat walau sekarang masih kita rasakan sebagai beban, tapi harus tetap ditunaikan, nanti sobat2 akan tau sendiri ko betapa pentingnya shalat bagi kehidupan kita.

Manusia memang sangat lemah, buktinya mecahin masalah hatinya sendiri belum bisa, gitu mau segala urusan terpecahkan, ya ntar dulu dong, jaga hati agar selalu adem, yakin akan nikmat Allah, setiap nafas, setiap air yang kita minum, setiap suap nasi yang kita telan, itu hal2 kecil tapi coba bayangin kalo itu semua dicabut dari diri kita, betapa menderitanya kita sobat...


Jalan keluar sudah di siapkan oleh Allah hanya soal kita benar2 mau mencari jalan itu atau tidak. Setelah hati tertata mari kita mikirin siasat untuk menjadi orang yang lebih baik, anak yang lebih baik, orang tua, teman, pemimpin, petani, pedagang, guru dan menjadi hamba yang lebih baik di mata sesama manusia dan Tuhannya.
Yogyakarta, 06/08/’08